pantai berbatu

PANTAI BERBATU 






BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari sekitar 17.504 pulau dengan panjang garis pantai kurang lebih 81.000 km (Rachmawaty, 2004). Menurut Dirhamsyah (2006), Sepanjang garis pantai indonesia terdapat wilayah pesisir yang relatif luas dan memiliki potensi sumber daya alam hayati, sumber daya non hayati, sumber daya buatan, serta jasa lingkungan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat. Wilayah pesisir dan lautan Indonesia juga disebut sebagai wilayah Mega biodiversity yaitu wilayah yang memiliki keanekaragaman  hayati tertinggi di dunia. Hal tersebut merupakan aset berharga untuk menunjang pembangunan di Indonesia. Potensi-potensi yang ada perlu dikelola secara terpadu agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.
Berdasarkan pendapat dari Rahayu (2003), Wilayah pesisir secara ekologis merupakan daerah pertemuan antara ekosistem darat dan laut. Wilayah darat meliputi bagian tanah, baik yang kering maupun yang terendam air laut, dan masih dipengaruhi oleh sifat-sifat fisik laut seperti pasang surut, ombak dan gelombang serta perembesan air laut. Wilayah laut mencakup bagian perairan laut yang dipengaruhi oleh proses alami seperti sedimentasi dan aliran air tawar dari sungai maupun aliran air dari aktivitas manusia di darat yaitu, penggundulan hutan, pembuangan limbah, perluasan permukiman serta intensifikasi pertanian. Menurut Arif (2008), 60% penduduk Indonesia bermukim di kawasan pesisir sehingga akses terhadap kawasan pesisir cenderung akan meningkatkan laju pemanfaatanya di tahun-tahun mendatang, baik dalam hal pemanfaatan sumber daya ekonomi maupun pemanfaatan ruang.
Pantai adalah sebuah bentuk geografis yang terdiri dari pasir, dan terdapat di daerah pesisir laut (Fadli,2012). Daerah pantai menjadi batas antara daratan dan perairan laut. Panjang garis pantai ini diukur mengeliling seluruh pantai yang merupakan daerah teritorial suatu negara. Pada umumnya, lingkungan laut bersifat dinamis dan kehidupan organisme di laut di pengaruhi oleh banyak faktor, seperti pergerakan air laut, suhu, salinitas, dan cahaya. Pergerakan air laut dapat disebabkan beberapa hal, yaitu angin yang berhenbus di permukaan laut, pengadukan yang terjadi karena perbedaan suhu air laut dan aktivitas pasang surut.
Pantai berbatu adalah salah satu bagian ekosistem penting didaerah pasang surut. Kawasan ini biasanya dibagi menjadi beberapa zona seperti supralittoral , supralittoral fringe dan midlittoral zone (true intertidal). Karakteristik organisme yang hidup di pantai berbatu adalah kemampuan melakukan beberapa adapatasi seperti kulit mengandung sement maupun zat kapur, tubuhnya fleksibel, melekat pada batu dan atau berlindung pada lubang dibatu. Beberapa kelompok organisme yang dijumpai di daerah ini adalah dari kelompok algae, bintang laut, Anemon laut, Tube Worms, Hermit Crabs dan Mollusca. Oleh karena itu perlu identifikasi lebih lanjut tentang bentuk-bentuk pantai, organisme yang hidup di dalamnya dan pemanfaatan yang optimal dari pantai tersebut.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1              Pantai Berbatu
Pantai berbatu atau rocky shore merupakan salah satu jenis pantai yang  tersusun oleh batuan induk yang keras seperti batuan beku atau sedimen yang keras atau secara umum tersusun oleh bebatuan. Dari semua pantai, pantai ini memiliki berbagai organisme dengan keragaman terbesar baik untuk spesies hewan maupun tumbuhan. Populasi yang padat, keragaman topografi dan banyaknya spesies, menjadikan pantai ini memiliki potensi baik untuk kegiatan ekploitasi, ekplorasi maupun untuk tujuan hiburan seperti rekreasi.

Pantai berbatu dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu, fakto fisika dan kimia.  Menurut Rahmayadi (2010), antai berbatu merupakan satu dari lingkungan pesisir dan laut yang subur. Kombinasisubstrat keras untuk penempelan, seringnya aksi gelombang, dan perairan yang jernihmenciptakan suatu habitat yang menguntungkan bagi biota laut. Sementara itu karakteristik pantai berbatu Menurut Sugiyanto (2009), diantaranya:
·         Pantai yang berbatu-batu memanjang ke laut dan terbenam di air.
·         Mempunyai keragaman terbesar baik untuk spesies hewan maupun tumbuhan
·         Batu yang terbenam di air ini menciptakan suatu zonasi habitat karena adanyaperubahan naik turunnya permukaan air laut akibat proses pasang yang menyebabkanadanya bagian yang selalu tergenang air, selalu terbuka terhadap matahri, serta zonadiantaranya yang terbenam pada pasang naik dan terbuka pada pasang surut.Pembagian zonasi berturut- turut antara lain sublitoral, litoral, dan supralitoral
Pantai berbatu di huni oleh banyak spesies alga dan binatang tak bertulang belakang (invertebrata). Binatang invertebrata ini menghasilkan sejumlah besar telur dan larva yang masuk kedalam perairan dekat pantai, yang selanjutnya merupakan bagian dari sumber makanan bagi ikan. Kotoran-kotoran dari alga juga masuk kedalam rantai makanan dari sistem perairan dekat pantai. Habitat supratidal adalah habitat yang hidup di daerah di atas pasang tertinggi dari garislaut yang hanya mendapat siraman air laut dari hempasan riak gelombang dan ombak yangmenerpa daerah supratidal (backshore).
Organisme yang hidup di zona supralittoral (supratidal) harus menghadapi kondisi tertentu, seperti terekspos dengan udara, air tawar dari hujan, hawa panas dan dingin, serta predasi dari hewan darat dan burung laut. Bagian atas dari supralittoral biasa dihuni oleh dark lichen yang terlihat sebagai kerak pada batuan. Beberapa Neritidae dan Isopod yang memakan detritus menghuni supralittoral bagian bawah.Selain iu biota yang dapat hidup di habitat supratidal berada pada daerah paling ataspantai dan hanya terendam saat pasang naik tinggi. Daerah ini dihuni oleh beberapa jenis ganggang, moluska, dan remis yang menjadi konsumsi bagi kepiting dan burung pantai.
Organisme yang hidup di zona supralittoral (supratidal) harus menghadapi kondisi tertentu, seperti terekspos dengan udara, air tawar dari hujan, hawa panas dan dingin, sertapredasi dari hewan darat dan burung laut. Bagian atas dari supralittoral biasa dihuni oleh dark lichen yang terlihat sebagai kerak pada batuan. Beberapa Neritidae dan Isopod yang memakan detritus menghuni supralittoral bagian bawah.Selain iu biota yang dapat hidup di habitat supratidal berada pada daerah paling atas pantai dan hanya terendam saat pasang naik tinggi. Daerah ini dihuni oleh beberapa jenis ganggang, moluska, dan remis yang menjadi konsumsi bagi kepiting dan burung pantai. Fauna pada pantai berbatu terdiri dari berbagai jenis, seperti tiram, siput, kepiting batu dan  beberapa  jenis  ikan  yang  hidup  pada celah-celah diantara bebatuan,  sedangkan vegetasi pada pantai ini terdiri dari formasi Barringtonia seperti putat laut, cemara,  dan lumut yang melekat pada batuan.
Ikan-ikan dapat mencari makan secara langsung pada pantai berbatu saat air pasang,sementara burung laut mencari makan pada pantai berbatu saat air surut. Pantai berbatu yang relatif jauh ke arah laut dapat merupakan lokasi tempat bertelur yang penting bagi burung laut. Beberapa spesies pada pantai berbatu (seperti mussels dan rocky oyster), merupakan sumber makanan bagi masyarakat pesisir. Pada habitat pantai berbatu terjadi kompetisi yang kuat diantara organisme. Oleh karena itu, kemampuan untuk melekat pada substrat yang kuat mutlak diperlukan. Beberapa organisme bentik yang dapat dijumpai antara lain anemon laut, siput, dan rumput laut. Organisme-organisme tersebut telah beradaptasi dengan kerusakan fisik yang diakibatkanoleh gelombang pada saat pasang tinggi dan harus bertahan hidup dari kekeringan temperatur yang ekstrim dan perubahan salinitas yang terjadi pada saat surut (Dahuri 2003).
2.2              Karakteristik pantai berbatu 
Pantai berbatu dicirikan oleh adanya belahan batuan cadas. Berbeda dengan komunitaspantai berpasir, dimana organismenya hidup di bawah substrat, komunitas organisme pantai berbatu hidup di permukaan. Bila dibandingkan dengan habitat pantai lainnya, pantai berbatu memiliki kepadatan makroorganisme yang paling tinggi, khususnya di habitat interdal di daerah dingin dan daerah subtropik.

Seperti daerah pesisir pada pantai di banyuwangi yang di kelilingi oleh berbagai macam pantai yang saat ini banyak dimanfaatkan sebagai daerah pariwisata, daerah penangkapan ikan dan sebagai pelabuhan penyebrangan. Letak Banyuwangi yang sangat strategis yaitu berada di kawasan laut selatan dan laut utara jawa menjadikan banyuwangi memiliki berbagai macam karakteristik pantai terutama pantai berbatu. Adapun beberapa pantai tersebut adalah:
2.2.1        Pantai Plengkung (G-Land)
Pantai Plengkung berlokasi di bagian tenggara Pulau Jawa, berada dalam gugusan pantai selatan Jawa yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia, sehingga Pantai Plengkung termasuk pantai berombak besar. Ombak besar ini dihasilkan oleh sistem bertekanan rendah yang berasal dari selatan (Antartika). Pantai Plengkung juga terletak di sisi timur Teluk Grajagan, maka dari itu sisi kanan pantai Plengkung memiliki ombak lebih dominan. Ombak Panjang Plengkung berbentuk memanjang, tinggi, dan berkecepatan tinggi. Ombak Pantai Plengkung juga membentuk tabung ombak hampir sempurna sehingga menjadi favorit para penggila olahraga surfing.

Karena letaknya yang jauh dari pemukiman dan berada pada kawasan taman nasional Alas Purwo, pantai pelengkung relatif terjaga kondisinya. Hal tersebut dapat dilihat dari bersihnya pantai dan jernihnya air laut. Selain itu pantai Pelengkung dihuni oleh beragam vegetasi tumbuhan mulai dari tumbuhan tingkat rendah, pepohonan hingga hutan mangrove. Di kawasan tersebut masih dapat dijumpai hutan mangrove yang sangat asri sehingga memunculkan pula organisme-organisme lain untuk hidup disana seperti: burung, monyet, kadal, kepiting dan lain sebagainya.
2.2.2        Pantai Watu Dodol
Pantai Watu Dodol merupakan salah satu pantai di banyuwangi yang berada di kawasan pantai utara jawa. Letaknya yang berdekatan dengan pelabuhan Ketapang membuat pantai watu dodol menjadi salah satu destinasi wisata wajib bila ke banyuwangi. Nama Watu Dodol diambil dari kondisi jalan di pantai tersebut dimana ada sebuah batu besar di tengah-tengah jalan raya pantai Watu Dodol yang sampai saat ini tidak bisa dipindahkan.

Visi pemerintah Kabupaten Banyuwangi untuk menjadikan Banyuwangi sebagai “Sun Rise of Java” menjadikan pembagunan daerah pesisir pantai wilayah kabupaten Banyuwangi semakin berkembang. Kendati menjadi salah satu destinasi wisata di Kabupaten Banyuwangi, pantai Watu Dodol memiliki beberapa permasalahan kompleks. Menurut Cahyono (2007) pembangunan kawasan pariwisata di daerah pesisir utamanya pantai Watu Dodol menjadikannya memiliki beberapa permasalahan  diantaranya:
·         Tingginya jumlah pengunjung sehingga menimbulkan potensi sampah karena kurangnya kesadaran
·         Terjadinya Abrasi, Menurut (Arif, 2010) dalam kurun waktu 5 tahun terakhir daratan pantai Watu Dodol mengalami pengurangan hingga satu meter.
·         Terjadinya potensi pencemaran akibabat aktivitas pelabuhan Ketapang

Pantai Watu Dodol merupakan pantai dengan karakteristik pantai berbatu. Batuan di pantai Watu Dodol sering dijadikan lokasi memancing bagi para pengunjung. Tidak jauh dari lokasi pantai Watu Dodol juga terdapat pantai Bangsring yang terkenal dengan ikan hias dan terumbu kaangnya. Sementara itu dekatnya pantai Watu Dodol dengan pemukiman penduduk serta pengaruh dari aktivitas pelabuhan Ketapang membuat minimnya keanekaragaman hewan yang ada di pantai tersebut. Sejauh ini hanya jenis-jenis serangga dan kepiting batu yang sering dijumpai di pantai tersebut, seta beberapa bivalvia juga hidup di pantai tersebut.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah:
1.      Pantai berbatu atau rocky shore merupakan salah satu jenis pantai yang  tersusun oleh batuan induk yang keras seperti batuan beku atau sedimen yang keras atau secara umum tersusun oleh bebatuan. Dari semua pantai, pantai ini memiliki berbagai organisme dengan keragaman terbesar baik untuk spesies hewan maupun tumbuhan. Populasi yang padat, keragaman topografi dan banyaknya spesies, menjadikan pantai ini memiliki potensi baik untuk kegiatan ekploitasi, ekplorasi maupun untuk tujuan hiburan seperti rekreasi.
2.      Pantai berbatu di Banyuwangi memiliki karakteristik seperti pantai berbatu pada umumnya, namun letak Banyuwang yang berada diantara laut utara dan laut selatan Jawa membuat perbedaan di masing-masing kawasan.
3.2 Saran

            Adapun sarat yang dapat diajukan dalam makalah ini adalah hendaknya dalam melakukan pembangunan terutama untuk kegiatan pariwisata juga harus mempertimbangkan topografi suatu kawasan serta juga harus memperhatikan kelestarian lingkungannya sehingga terjadilah pemanfaatan yang optimal dan berkelanjutan.

References
Arif, A. 2008. Pengaturan Hukum Dalam Mewujudkan Pengelolaan Wilayah Pesisir Yang Berbasis Masyarakat. Tesis. Universitas Diponegoro : Semarang
Dirhamsyah. 2006. Pengelolaan Wilayah Pesisir Terintegrasi Di Indonesia. Oseana. 31 (1): 21-26.
Kordi, M.G.H.K dan A.B.Tancung. 2007.  Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya Perairan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Yulianda, F., Yusuf, M.S, dan Prayogo, W. 2013. Zonasi dan Kepadatan Komunitas Intertidal di Daerah Pasang Surut, Pasir Batu Hijau, Sumbawa. FPIK IPB. Volume 5. Nomer 2:409-416
Rachmawaty. 2004. Pengelolaan Kawasan Pesisir Dan Kelautan  Secara Terpadu Dan Berkelanjutan. e-USU Repository . 1 (1): 1-8.

Komentar